Minggu, 12 Oktober 2014

Dia bukan yang romantis



Sejak dulu saya kenal suamiku, dia bukan seorang yang romantis. Juga bukan seorang yang suka memberikan surprise, bahkan saat ulang tahunku pun gak ada yang namanya romantis. Dia seorang yang blak-blakan, terlihat cuek tapi dia sebenarnya memperhatikan setiap gerak gerik dan penampilanku.

Dulu, saat saya masih sendiri saya senang mengenakan pakaian apapun yang menurut saya nyaman. Gak peduli dengan omongan orang lain, selama saya nyaman saya akan mengenakannya. Tapi itu dulu sebelum saya menikah. Sekarang, saat saya sudah menikah suamiku menjadi penasehat dan pemerhati setiap gerak gerik dan apapun yang saya kenakan. Ia gak segan-segan mengkritik jika lipstik yang saya kenakan menurut dia gak cocok, atau memprotes alas bedak yang saya gunakan keliatan hitam jika diaplikasikan diwajahku.  Atau mengkritik pakaian yang saya gunakan, jika dulu saya asal pakai apa yang saya sukai, sekarang saya harus minta pendapatnya. “Bagusnya pakai baju apa ya?”, dia paling gak suka jika saya memakai baju atau celana/jeans yang sering dipakai. Sementara saya jika suka dengan baju/jeans  tertentu saya akan pakai terus (namanya juganyaman dibadan, hehehe....), tapi dimatanya baju yang sudah dibeli minimal 3 bulan sebelumnya itu sudah dinamakan baju ketinggalan zaman atau sering disebutnya baju yang dibeli zaman dahulu kala (Hellooooo baru 3 bulan lalu loh saya beli baju/celana ini, hiks....), tapi dari pada gak jadi keluar mending ikuti aja maunya, hehehe....

Tapi kemaren (10 Oktober 2014), kebetulan kita janjian mau nonton setelah pulang kantor. Ok say beli tiket duluan, dia nyusul setelah maghrib langusng dari kantor. Setelah selesai sholat seperti biasa saya akan menunggu di gramedia (bisa sambil baca buku, biar menunggu gak memosankan).  Dari jauh saya sudah lihat dia jalan mendekatiku, tapi koq dia sambil senyum-senyum gak jelas?. Saya membatin, apa yang salah dengan saya, Baju yang saya kenakan? Jilbabku?, api dia makin mendekat sebelum saya sempat mengecek apa yang salah (menurutnya) denganku sampai-sampai dia sudah senyum-senyum gak jelas gitu. Setelah sampai dengan santai dia bisik “Nah Gitu Dong, klo keluar  dandan sedikit biar keliatan modis” masih dalam keadaan setengah bingung dia lanjut nanya “tali-talinya dari mana?”, saya langsung tanya balik “tali apaan?” sambil melirik ke bagian gesper yang saya kenakan “itu yang dipinggangmu”. Oh My God, “ini namanya gesper ya... ikat pinggang!” ternyata ini yang bikin dia dari tadi senyum-senyum. Tapi saya masih belum puas, kembali saya tanya “ada yang aneh?”masih dengan gaya santainya sambil jalan dia menuntunku ke arah rak buku komputer sambil bilang “cantik koq kaya gitu” hahahaha.... dalam hati “tumben muji, hehehe...” . Meskipun saya sudah menjadi istrinya hampir setahun, tetap saja sempat bikin saya tersipu-sipu dipujinya, karena pujian dari dia itu sesuatu yang langka.

Love you my SUN (Surya Putera)

Makassar
12 Oktober 2014

Kamis, 09 Oktober 2014

Ramadhan di Rantau (Lagi)

Bismillahirrahmanirahim

Kurang lebih 10 tahun, saya melewatkan bulan Ramadhan sendiri atau bersama teman-teman kost/asrama. bahkan 2 tahun terakhir bulan Ramadhan saya jalani di tengah hutan. bersyukur walaupun tidak ditengah-tengah keluarga setidaknya suasana Ramadhan masih terasa. Tak beda dengan Ramadhan tahun ini 2014, jauh dari keluarga besr, tapi tahun ini luar biasa bukan sahur atau taraweh seorang diri tapi bersama SUAMI.

Alhamdulillahirrahmanirrahim...
Masih teringat jelas, saat msaih serumah dengan orang tua, biasanya saya dibangunkan saat semua makanan sudah siap. dan entah jam berapa mama bangun dan masak. Yang jelas tiap sahur makanan masih hangat. tapi itu dulu...
Sekarang, saya mencoba mengingat kegiatan mama tiap malam. sebelum tidur mama selalu menyiapkan segala macam bumbu dan bahan makanan buat sahur di kulkas.  Ketika sahur tiba semua bahan tinggal digodok sebentar dan masakan siap (ini interprestasiku, karena saya tidak pernah melihat proses masaknya ketika sahur).
Semula saya berpikir, bisakah saya seperti itu? tapi alhamdulillah saya berhasil melewatinya. Semangat sekali menyiapkan makan sahur buat disantap bersama suami. 

Menu andalan yang sengaja saya siapkan sebelum puasa adalah kering tempe 

Setelah beberapa kali 'trial and error', akhirnya saya berhasil mendapatkan racikan yang pas manteppp, berikut resep sederhana:

Bahan:
  • tempe, diiris tipis seperti korek api
  • segenggam kacang tanah (atau sesuai selera)
  • 1 ruas lengkuas, memarkan
  • 2 lembar daun salam
  • 2 lembar daun jeruk (diiris kecil-kecil)
  • 2 sdm gula pasir
  • 3 sdm gula merah
  • 1/2 sdt bubuk kaldu (Ro*co)
  • 2 sdm air asam jawa
Bumbu halus:
  • 8 siung bawang merah
  • 6 siung bawang putih
  • 4 cabe keriting
  • 5 cabe rawit
cara membuat:
  • goreng tempe dan kacang secara terpisah dan sisihkan
  • panaskan sedikit minyak, tumis bumbu halus bersama lengkuas, daun salam, daun jeruk, sereh. tumis sampe harum trus masukan air sedikit.
  • masukkan gula merah, gula pasir, air asam. koreksi rasa dan masak pake api kecil saja
  • masak terus sampai air menysut dan mengental berkaramel
  • masukan tempe dan kacang, aduk cepat hingga merata
  • angkat dan dinginkan.
setelah benar-benar dingin baru simpan dalam tupperware dan tutup rapat, dijamin awet sampai 2 minguan. jadi menu penyelamat saat terlambat bangun sahur, hehehe....

Rabu, 08 Oktober 2014

Pallu Basa (Masakan Khas Makassar)



Surprise pas tetangga nganterin 1 kilo daging sapi. Setelah ngucapin terimakasih sama yang sudah anterin, selanjutnya adalah tatap-tatapan sama suami trus seolah suami tau apa yang ada dipikiranku, “mau dimasak apa, de?, kamu bisa ngolahnya?”. Saya nggak langsung jawab, Cuma lanjut masukin daging tersebut kedalam tupperware, ditutup rapat dan masuk freezer. Dulu saya pernah dengar jika daging gak langsung diolah sebaiknya jangan dicuci atau terkena air, sebaiknya disimpan rapat dan dibekukan, aman.
Ok, pertolongan pertama terhadap sang daging selesai. Selanjutnya adalah saya langsung nyalain laptop, colokin modem dan searching dengan harapan menemukan cara bagaimana mengolah daging tersebut.  Sambil searching, seperti biasa jika ada yang berhubungan dengan masak memasak saya selalu telpon mama, ya.... mama adalah sang penyelamatku dalam hal masakan.  Setelah ngobrol panjang lebar dengan mama, tak ada ide istimewa. Selanjutnya kembali saya tanya suami, “mau makan apa, ya?”, dengan santai sambil matanya gak beralih dari film yang sedang ditonton dia jawab “makan pallu basa sepertinya enak, bisa gak diolah gitu?. Oo... resep pallu basa ya searching2 di om google, akhirnya menemukan resep yang sederhana, tapi... tunggu dulu koq pake kelapa parut yang di sangrai dan di tumbuk sampai mengeluarkan minyak? Trus saya langsung intip ke tempat bumbu kering, alhamdulillah kelapa goreng yang saya bawa pas mudik lebaran idul fitri kemaren masih ada. Ada beberapa bumbu yang tidak ada, seperti kayu manis, pala, cengkeh. Akhirnya setengah berbisik ke suami (karena dia paling gak suka klo lagi asik-asik nonton diminta anterin kemana-mana) “ya, ke pasar yuk, sy gak ada kayu manis dan teman-temannya”. Sambil malas-malasan akhirnya dia mau nganterin ke pasar, untung aja ada beberapa lapak penjual sayur yang buka pas hari raya.
Bumbu sederhana untuk Pallu Bassa (masakan khas Makassar) akhirnya terkumpul, dan selanjutnya adalah racik meracik bumbu. Berikut bumbu yang dibutuhkan:
Bahan:
-        Daging sapi
-        ± 3 cmlengkuas, memarkan
-        1 batang serai, memarkan
-        7 cengkeh (saya skip, karena gak nemu di pasar)
-        ± 3 cm kayu manis
-        1 liter air kaldu rebusan daging sapi
-        2 sdt gula merah
-        Sebungkus kelapa parut yang disangrai kemudian di tumbuk sampai mengeluarkan minyak
-        2 sendok air asam jawa
Bumbu halus:
-        8 siung bawang putih
-        12 siung bawang merah
-        8 cabe keriting
-        2 cabe merah besar
-        ½ sdt jintan
-        1 sdm ketumbar
-        3 cm jahe
-        ½ biji pala
-        Gaeam secukupnya
Cara Masak
-        Rebus daging sapi hingga benar-benar matang kemudian sisihkan dan ptong dadu atau sesuai selera,
-        Siapkan bumbu halus dengan cara menumis semua bumbu halus bersama lengkuas, cengkeh, sereh, kayu manis hingga matang dan harum. Setelah itu masukkan dagingsapi yang telah dipotong-potong, aduk hingga bumbu meresap dan ratakemudian masukan air kaldu dan masak hingga mendidih.
-        Tambahkan kelapa tumbuk, gula merah, air asam dan rebus terus hingga mendidik dan kuah mengental. Koreksi rasa, setelah mantep pallu bassa siap disajikan
Sebagai tambahan saat disajikan, tambahkan bawang merah goreng dan potongan daun bawang, dijamin rasanya manteeepppp.


Alhamdulillah, suami suka dan ini benar-benar dapat pujian darinya, terbukti dalam sehari dia 3 kali makan, hehehehe.....

Silahkan dicoba, resep sederhana tapi rasanya luar biasaa endeeeuuusss.... :)